Rabu, 02 Juni 2010

Diplomasi Bilateral dan Multilateral Dalam Dinamika Politik Global Pasca Perang Dunia II DEASY SANDIANI 209000342

BAB I

Pendahuluan

Bertahun-tahun dan berabad-abad silam ketika dunia ini dipenuhi oleh kerajaan-kerajaan yang menguasai daerah-daerah tertentu kerjasama antar kerajaan tersebut sudah dilakukan dengan mengutamakan perdamaian untuk tujuan bersama atau bisa kita katakana untuk kepentingan kerajaan tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencapai sebuah kepentingan dari kerajaan-kerajaan tersebut ( national interest sekarang disebutnya ) mulai dari cara berperang yang menelan banyak korban jiwa hingga dengan cara mempertemukan petinggi, perwakilan atau raja sekaligus antar kedua kerajaan atau beberapa kerajaan sekaligus untuk mengkompromikan kepentingannya masing-masing. Hal ini dinilai sangat hemat biaya tanpa harus adanya korban yang berjatuhan ketimbang harus berperang. Dan itulah disebut sebagai diplomasi. Yaitu sebuah seni untuk mempertemukan seseorang dengan orang yang berkepentingan untuk menegosiasikan sebuah kepentingan yang berlawanan menjadi sama.

Kendati demikian, cara diplomasi ini masih sering dianggap sebagai jalan pengecut demi memenangkan sebuah kepentingan. Atau diplomasi adalah sebuah cara yang sangat pengecut untuk menuju sebuah kepentingan nasional. Karena memang pada zaman dahulu tradisi kerajaan-kerajaan untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya haruslah berperang dengan begitu kerajaan yang memenangkan peperangan bisa menunjukkan supremasinya diantara kerajaan-kerajaan lainnya. Namun, banyak orang yang menyadarinya seiring perkembangan zaman, kalau perang bukanlah sebagai alat atau tindakan yang bisa menyelesaikan konflik. Perang justru malah menimbulkan konflik yang berkepanjangan sehingga terlalu banyak menelan korban jiwa dan harta. Biaya perang tidaklah murah. Terlebih perang yang dilakukan pada zaman dahulu merupakan sebuah perang konvensional yang berarti dimana sebuah kerajaan bisa menunjukkan sebuah prediksi kemenangannya di medan perang sebanyak 70% jika dihitung dengan banyaknya jumlah pasukan yang dibawa. Semakin banyak prajurit yang berperang maka semakin bisa dipastikan kemenangannya. Akan tetapi, semakin banyak prajurit justru semakin mahal juga biaya perang yang harus dikeluarkan. Mulai dari biaya pembuatan senjata, perisai, jubah perang dll.

Seiring berkembangnya zaman, maka pendidikan dan teknologipun berubah menjadi sebuah alat yang sangat berharga. Begitu berharganya karena pendidikan dan teknologi bisa merubah segalanya. Perang yang tadinya membutuhkan banyak sekali prajurit sebagai penentu kemenangan kini menjadi hal yang sangat dipertanyakan. Semakin canggih teknologi dari sebuah kerajaan atau Negara maka semakin memungkinkan untuk memenangkan perang tersebut. Tidak masalah berapa jumlah pasukan yang dibawa atau yang menghadang, teknologi membuat semuanya menjadi mungkin. Bermula dari teknologi catapult ( alat pelempar batu dari kayu yang bekerja secara mekanis dan sangat besar ) yang bisa menghancurkan barisan musuh sekitar 10-20 orang hingga ke senjata nuklir yang bisa menghilangkan nyawa ratusan bahkan jutaan korban jiwa. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi kerajaan-kerajaan atau Negara-negara yang kemudian ingin menyelesaikan konflik atau ingin mweujudkan kepentingan nasionalnya dengan jalan perang.

Catapult[1] Nuclear missile[2]

à

Dengan jalan diplomasi, dinilai mampu meredam peperangan besar-besaran yang bisa menelan korban jiwa serta menghabiskan harta untuk biaya perang tersebut. Hal ini sangat efektif karena selain menghemat biaya dan tidak menelan korban jiwa, diplomasi juga membantu memperbaiki hubungan antar kerajaan atau antar negara.

Sejarah singkat tadi saya paparkan kiranya untuk menggambarkan bagaimana diplomasi ini bisa menjadi sangat efektif dalam hal menyelesaikan konflik, serta mampu membangun sebuah kerjasama antar kerajaan atau antar negara demi mencapai sebuah tujuan nasional.

Menjelang abad 21 ini, diplomasi menjadi sebuah insterument politik luar negeri yang sangat diutamakan, mengingat sudah banyak juga konflik-konflik lama yang belum diselesaikan akibat dampak dari perang dunia ke-1 dan ke-2 ditambah lagi permasalahan-permasalahan baru mengenai terorisme, isu lingkungan, serta isu-isu kontemporer lainnya. Hal ini menjadikan negara-negara haruslah bekerjasama dalam menyelesaikan isu-isu tersebut. Bukan justru memperkeruh suasana konstelasi politik global dengan menggunakan perang secara konvensional. Dengan adanya kerjasama-kerjasama antar negara maka akan terciptalah perdamaian di dunia ini serta kemudahan-kemudahan untuk mencapai sebuah tujuan nasional. Karena menurut keyakinan saya, ketika semua negara-negara di dunia ini bekerjasama dalam suatu kepentingan bersama dengan menjalin hubungan yang berkualitas maka tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi.

BAB II

Apa Itu Diplomasi?

Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi yang dilakukan oleh perorangan atau beberapa orang yang biasanya mewakili negara atau organisasi tertentu[3]. Diplomasi merupakan salah satu intrumen politik luar negeri untuk mewujudkan suatu kepentingan nasional dari sebuah negara. Diplomasi sama saja dengan negosiasi, atau tawar-menawar dengan sebuah kepentingan. Namun, kata diplomasi ini biasa digunakan dalam prakteknya sebuah negara terkait dengan hubungan internasional.

[4] [5]

Diplomasi sangatlah penting mengingat hanya satu-satunya instrument politik luar negeri yang paling menghemat biaya dan tanpa harus berjatuhannya korban jiwa. Dan diplomasi ini dinilai sangat bagus untuk mewujudkan sebuah hubungan kerjasama antar Negara kedepannya. Karena dilihat dari segi prakteknya diplomasi merupakan bentuk komunikasi biasa yang hanya saja dibuat sedemikian formal dengan gaya bahasa tertentu dan gesture tubuh tertentu untuk bisa memikat lawan mainnya dalam percaturan diplomasi global ini. Sebuah hubungan antar Negara bisa terjadi berkat adanya para diplomat yang menegosiasikan kepentingan negaranya dengan Negara lain dan cocok. Oleh karena itu diplomasi benar-benar terbukti sebagai senjata yang paling ampuh untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama antar Negara tanpa harus terjadinya konflik terbuka yang bisa menelan korban jiwa, dan biayanya juga sangatlah sedikit ketimbang biaya untuk perang.

Sebenarnya instrument politik luar negeri tidak hanya diplomasi saja. Terdapat agen propaganda, intelijen, dan perang salah satunya. Tapi hal ini sudah kuno. Permainan intelijen sudah cukup di pertontonkan pada akhir decade 1990an. Bersamaan dengan berakhirnya perang dingin, isu mengenai perang intelijen menurun hingga tak ada lagi yang peduli mengenai intelijen-intelijen tersebut yang berusaha mencapai kepentingan nasional sebuah Negara. Agen Propaganda, merupakan salah satu interumen politik luar negeri yang sering digunakan pada zaman perang dunia ke dua dan pada saat perang dingin. Propaganda ini bertujuan untuk mencuci mindset seseorang atau paradigm seseorang terhadap apa yang dilihat sebelumnya entah menjadi lebih menyukainya atau menjadi lebih membencinya. Namun propaganda ini juga tidak murah. Sekarang untuk melancarkan propaganda secara massive membutuhkan biaya yang sangat banyak. Karena propaganda tersebut akan disebarkan lewat media cetak, atau media elektronik dan hal tersebut yang membuatnya menajdi sangat mahal. Dan Perang, merupakan salah satu bentuk unjuk gigi paling kuno untuk mendapatkan sebuah kepentingan nasional dari Negara lain atau dari tanah jajahan. Berperang sangatlah merugikan baik pihak yang menyerang ataupun yang bertahan. Baik yang menang ataupun yang kalah. Karena keduabelah pihak sama-sama menderita jatuhnya korban jiwa dan hal tersebut tidaklah bisa diterima begitu saja. Selalu ada kesedihan setiap harinya, lagu-lagu sedih dilantunkan. Dan sangatlah klasik menurut saya. Ini hanyalah sekilas mengenai instrument politik luar negeri diluar diplomasi yang menurut saya tidak efektif membuang waktu dan menghabiskan banyak biaya ketimbang bernegosiasi yang hanya menggunakan keahlian berbicara. Ibarat orang berdagang yang sedang berhadapan dengan pembeli yang menawar harga barang. Harus terjadi sebuah kesepakatan yang adil dimana kedua belah pihak merasakan keuntungan yang sama. Atau dalam diplomasi bisa disebut sebagai win-win solution. Yaitu solusi yang diberikan kepada pihak-pihak yang bernegosiasi tanpa harus ada yang merasa dirugikan sepihak. Hal inilah yang menjadi tawaran menarik bagi Negara-negara di dunia demi meredamnya konflik dan mencegah terjadinya perang dunia ke-3.

Dengan tawaran sama-sama menang segalanya akan menjadi mungkin. Ketika seseorang dihadapkan kepada pilihan seperti ini tidak mungkin orang itu menolaknya meskipun dalam keadaan terpaksa sekalipun. Karena meskipun terpaksa tetap ada efek menguntungkannya bagi pihak tersebut. Dan menurut saya disinilah keuntungan Diplomasi itu sendiri.

Bentuk Diplomasi?

Diplomasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu diplomasi bilateral dan diplomasi multilateral. Apa itu diplomasi bilateral dan multilateral ? Singkatnya, diplomasi bilateral adalah diplomasi yang dilakukan oleh dua Negara saja. Dan diplomasi multilateral adalah diplomasi yang dilakukan oleh lebih dari dua Negara. Diplomasi bilateral terkenal sebagai bentuk diplomasi yang paling tua karena memang sejak jaman kerajaan kuno bentuk diplomasi bilateral ini memang sudah sering digunakan. Kenapa ? karena biasanya kerajaan-kerajaan zaman kuno sangat menutup akan kepercayaan dari sebuah kerajaan lain jadi biasanya hanya satu atau dua kerajaan yang benar-benar dipercaya sebagai teman kerajaan. Dan inilah yang membuat diplomasi bilateral digunakan sebagai pendekatan kerjasama antar kerajaan dengan menaruh diplomatnya atau perwakilan kerajaan di kerajaan lain. Begitu juga sekarang seperti yang banyak kita lihat, terdapat kantor-kantor diplomat di Negara kita yang merupakan perwakilan dari Negara-negara lain. Begitu juga dengan diplomasi multilateral, bedanya diplomasi multilateral ini kurang banyak digunakan pada jaman kerajaan-kerajaan kuno tapi banyak sekali digunakan pada zaman sekarang. Kenapa ? perbedaan secara mendasar, saat ini banyak Negara-negara yang ingin sekali menjalin hubungan antar Negara melalui sebuah bentuk kerjasama secara kolektif karena semakin banyak anggota dari sebuah Negara yang ikut kedalam kerjasama, maka akan terjamin pula keamanan dan kedamaian serta mempermudah Negara-negara yang menjadi anggota untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Begitulah menurut saya singkatnya mengenai bentuk-bentuk diplomasi.

Diplomasi Bilateral dan Multilateral Dalam Politik Global

Istilah politik global mulai sering digunakan setelah berakhirnya perang dunia ke-2 dimana Amerika dan Soviet beserta sekutu menjadi pemenangnya. Ditambah lagi dengan isu-isu mengenai globalisasi, dimana akan dihapusnya batas-batas sebuah Negara[6]. Karena batas sebuah Negara merupakan hanyalah penghambat dari penggerak ekonomi yaitu manusia dimana setiap manusia menginginkan perpindahan tempat untu mencari sumberpenghasilan yang tidak bisa didapat dinegara sendiri dan mungkin Negara lain menyediakannya atau alasan lainnya[7]. Disini saya tidak akan membahas globalisasi scara spesifik melainkan keterikatannya dengan bentuk diplomasi itu sendiri. Dan ternyata globalisasi memang terbukti mempengaruhi diplomasi mulai dari teknik berdiplomasi hingga isu yang dituangkan kedalam permasalahan yang akan di bawa kedalam negosiasi tersebut.

Diplomasi mulai ikut berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu fungsinya adalah diplomasi sebagai pengajuan tawaran dan negosiasi. Memang sudah hal inti dari diplomasi itu sendiri adalah negosiasi, tapi dalam politik global belakangan ini, negosiasi bukan hanya sebagai alasan mengapa sebuah Negara melakukan sebuah diplomasi atau mengadakan sebuah hubungan diplomatic dengan Negara lain. Bergaining, atau posisi tawar sebuah Negara dalam diplomasi juga sangat menentukan sebuah Negara dalam dinamika politik global. Posisi bargaining ini biasanya menjadi sangat berpengaruh dalam bentuk diplomasi multilateral. Karena tidak semua perjanjian yang biasanya terjadi dalam sebuah diplomasi multilateral dapat disetujui oleh beberapa Negara. Untuk itu pengajuan bargaining ini sebagai bagian dalam diplomasi sangat diperlukan untuk menyetarakan dengan perjanjian yang akan dibentuknya. Contoh, dalam protocol Kyoto telah dibuat peraturan yang begitu mengikat bagi Negara-negara penandatangan dan Negara yang telah meratifikasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara kolektif sebesar 5.2 %[8]. Semua Negara industry harus menurunkan emisi karbondioksida-nya. Mungkin bagi Negara-negara industry yang sedang mengalami kemajuan industrinya kurang suka mendengar hal ini, namun terdapat Negara-negara seperti Indonesia yang mempunyai kadar emisi karbondioksida yang sedikit dan ditambah Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai hutan yang sangat luas dan banyak. Dan dengan adanya kesempatan ini Indonesia bisa mengajukan posisi bergainnya sebagai Negara penghasil hutan untuk membantu menyerap emisi karbondioksida di dunia ini yang dihasilkan oleh Negara-negara industry. Itulah sekilas tentang bargain yang diajukan oleh Indonesia terhadap Negara-negara lain menyangkut protocol Kyoto, dan masih banyak lagi pengajuan bergainin dari Negara-negara lain untuk turut serta dalam dinamika politik global.

Disisi lain, diplomasi juga bisa digunakan sebagai instrument dalam memanage sebuah konflik tertentu. Setelah perang dunia ke-2 upaya untuk mengontrol peperangan agar tidak terjadinya lagi sebuah peperangan banyak pihak yang mengadakan konferensi, pertemuan-pertemuan kepala Negara, dan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai wujud pembinaan dari sebuah hubungan antar Negara. Contoh, ketika perang dunia ke-2 segera berakhir, terjadi konflik antara Amerika dengan Soviet, Stalin sangat tidak menyukai kepribadian Roosevelt, dengangaya Amerikanya, namun Stalin begitu dekat dengan Churchil, padahal antara Amerika dengan Inggris tidaklah jauh berbeda, namun Churchil bisa melakukan sebuah maintenance terhadap hubungan diplomatiknya dengan Stalin. Karena itu jugalah yang membuat emosi stalin mereda, karena mungkin menurut Stalin kalau dia, Churchil dan Roosevelt adalah kawanan pemenang perang yang tidak boleh berperang satu sama lainnya. Atau contoh lainnya diplomasi dalam konflik di temur tengah. Semenjak akhir tahun 1940an, konflik yang paling berpengaruh terhadap kawasan timur tengah itu adalah Israel-Palestine dan actor-aktor lain seperti Syria, Egyp, dan Lebanon merupakan bagian dari serangkaianupaya dalam memanage konflik yang terjadi, namun kedamaian yang terjadi di timur tengah ini bergantung kepada Israel-Palestine. Pada july 10, 2000, Israeli Prime Minister Ehud Barack dan Yasser Arafat mengadakan pertemuan dengan mediasi dari Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dengan mengusahakan melancarkan negosiasi kedua belah pihak[9]. Perbincangan ini terus dilakukan hingga 25 july dengan perjanjian yang berisikan tentang masa depan Jerusalem.

[10]

Adanya kemauan untuk terus mengontrol perdamaian dari ketiga pihak tersebut memang terbukti membuat keadaan timur tengah semakin membaik, dengan diplomasi yang terus menerus dilakukan demi terjadinya perdamaian serta keamanan antara Israel-Palestine dan kawasan timur tengah.

Bab III

Penutup

Upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap Negara-negara yang menginginkan perdamaian tidak selamanya berhasil dilakukan dengan peperangan namun tidak selamanya juga diplomasi berlaku seperti itu. Ada kalanya ketika diplomasi antar Negara tersebut bisa saja dikatakan gagal, dan tidak menemukan sebuah keputusan pasti (dead lock) bagi pihak-pihak yang berkonflik ataupun yang sedang mengajukan posisi bargain dalam sebuah kerjasama dalam bidang ekonomi, budaya, pendidikan, dan lainnya. Akan tetapi itikad baik tersebut akan selalu ada untuk Negara-negara yang menginginkan sebuah diplomasi yang akan berjalan baik.

Memang tidak sedikit juga diplomasi-diplomasi yang tidak berhasil, namun setidaknya akan terus ada itikad baik bagi Negara-negara yang menginginkan sebuah bentuk kerjasama demi kebaikan bersama. Memang tidak bisa dipungkiri ketika politik hanyalah semata-mata mencari keuntungan sendiri-sendiri. Tapi dengan adanya diplomasi tersebut menjadikan kepentingan-kepentingan politik tersebut berjalan dengan baik dan seimbang. Seperti contoh dari kasus Israel- Palestine yang tadi saya ceritakan sekilas di Bab II. Ketika niat baik dan kemauan untuk mengusahakan perdamaian dengan jalan diplomasi terus menerus memang terbukti ampuh untuk mencegah terjadinya peperangan di timur tengah. Kemauan yang keras dari pihak Israel dan Palestine yang kemudian dibantu oleh pihak ketika Amerika dengan Negara yang memiliki pengaruh yang sangat besar ternyata mampu untuk terus menerus memaintance negosiasi tersebut. Sebesar apapun pengaruh Amerika akan tetap percuma jika saja tidak ada niat baik dari salah satu pihak, Israel ataupun Palestine.

Jadi Diplomasi hanyalah sebuah instrument untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Tanpa adanya niat baik dari masing-masing individu diplomasi tersebut bukanlah apa-apa.

Bab IV

Kesimpulan

Diplomasi merupakan instrument dalam penyelesaian konflik dan salah satu cara untuk tetap menjaga sebuah hubungan berbangsa-bangsa. Tidak hanya perang, diplomasi juga membantu kita dalam menangani isu-isu baru yang terjadi dalam dinamika politik global ini.

Seiring dengan berkembangnya zaman maka diplomasipun menyesuaikan bentuknya dalam tataran praktek dan bentuknya. Dalam dinamika politik global ini banyak cara yang bisa digunakan untuk melakukan diplomasi sebagai upaya penyelesaian konflik atau dalam hal kerjasama antar Negara dalam hal menanggapi isu-isu terbaru dunia. Dimana terdapat first track diplomacy, second track diplomacy dan multitrack diplomacy, yang kesemuanya itu termasuk bentuk lain dari macam-macam diplomasi dalam politik global.

Berbicara mengenai diplomasi juga tidak selalu berbicara mengenai politik secara keseluruhan. Bisa saja diplomasi ini terkait dengan permasalahan kemiskinan, pendidikan, budaya, dan lainnya. Namun memang saja kata diplomasi ini sudah terkait sangat erat dengan hal-hal politik dan hubungan internasional.

Apa yang menjadi focus dalam studi mengenai hubungan internasional adalah diplomasi salah satunya. Untuk itu diplomasi menjadi salah satu kajian utama dalam mempelajari hubungan internasional ini. Karena kita bisa melihat sejauhmana perdamaian itu tercipta dari intensitas sebuah Negara sering melakukan kegiatan diplomasi ini. Entah berupa bilateral ataupun multilateral. Dan kita juga bisa memahami sejauh mana perkembangan pertumbuhan ekonomi sebuah Negara itu terkait dengan kerjasama yang dijalin dan dengan siapa Negara tersebut bekerjasama. Hal ini menjadi sangat berpengearuh ketika dunia politik ini menjadi tidak terbataskan oleh batas Negara itu sendiri. Dan untuk itulah diplomasi menyesuaikan bentuknya dalam dinamika politik global.





[1] www.google.com. 08-05-2010.

[2] Ibid. 08-05-2010.

[3] www.wikipedia.org/wiki/diplomasi.

[4] www.Kompas.com

[5] www.Google.com/images/diplomasi.

[6] Allen Sens. Global Politics. Hlm.3.

[7] Membela Kapitalisme.

[8] www.selamatkan-indonesia.net.

[9] Allen Sens. Global Politics. Hlm. 242-243.

1 komentar:

  1. Fokus pembahasan tidak jelas. Sebenarnya siapa aktor yang Anda akan jelaskan?

    BalasHapus